Fakta Jember – Polusi udara yang semakin memburuk hingga mencapai angka AQI 1.500 membuat warga “tercekik” oleh kabut beracun.
Melansir KBRN, polusi udara di Delhi telah mencapai tingkat “severe plus”, dengan angka AQI mencapai 1.500 menurut laporan IQAir.
Angka ini 15 kali lebih tinggi dari standar aman yang ditetapkan oleh WHO, dilansir dari BBC News, Selasa 19 November 2024.
Udara yang sangat beracun ini telah mengganggu aktivitas warga, memaksa penutupan sekolah, dan menghentikan pekerjaan konstruksi.
Bahkan, layanan penerbangan turut terganggu akibat kabut asap tebal yang menyelimuti kota.
Situasi ini mencerminkan krisis polusi di Lahore, Pakistan, beberapa minggu sebelumnya, di mana AQI juga melebihi 1.000.
Para ahli memperingatkan kondisi di Delhi bisa semakin memburuk dalam beberapa hari mendatang, sehingga diperlukan tindakan ketat.
AQI di atas 300 sudah dianggap sangat berbahaya, dan pemerintah Delhi kini melarang truk non-esensial memasuki kota.
Pemerintah juga meminta 50 persen karyawan untuk bekerja dari rumah.
Sebagai langkah tambahan, pemerintah melarang penggunaan batu bara, kayu bakar, dan generator diesel untuk keperluan non-darurat.
Masalah ini semakin parah setiap musim dingin, terutama dari Oktober hingga Januari.
Memburuknya kualitas udara diakibatkan dari kombinasi suhu rendah, asap, debu, pembakaran sisa tanaman, dan emisi kendaraan.
Meski langkah pengendalian polusi diterapkan setiap tahun, krisis ini tetap berulang tanpa solusi jangka panjang.
Ketua Menteri Delhi, Atishi, menyebut situasi ini sebagai “darurat medis” akibat pembakaran sisa tanaman di Haryana, Uttar Pradesh, dan Bihar.
Ia menuding pemerintah BJP gagal menghentikan praktik tersebut meski masalah ini meningkat dalam lima tahun terakhir.
Sebaliknya, BJP menyalahkan pemerintah AAP di Delhi karena dinilai tidak efektif mengelola polusi di kota.
Sementara itu, warga Delhi terus merasakan dampak langsung dari polusi udara.
Banyak yang mengeluhkan masalah pernapasan, bahkan dengan menggunakan pembersih udara di dalam rumah.
Seorang warga menyebut udara di rumahnya seperti “ruang gas”, sementara yang lain menyerukan protes damai, menuntut tindakan tegas.
Polusi udara yang menyesakkan ini tidak hanya memengaruhi kesehatan warga, tetapi juga mengganggu aktivitas sehari-hari.
Para ahli mendesak pemerintah untuk mengambil langkah lebih ketat dan inovatif guna mengatasi masalah yang terus berulang ini. (*)