EKONOMI

Warga Patungan Modali Budidaya Ikan Nila Warga RW 23 Klouncing, Karangrejo, Sumbersari

Kolam Budidaya Ikan Nila, hasil patungan warga RW 23/ Kloncing, Kelurahan Karangrejo, Kecamatan Sumbersari, Kabupaten Jember. Foto by : Koko.

www.lamongan.network.com

Jember – Semangat berwirausaha warga RW 23/ Kloncing, Kelurahan Karangrejo, Kecamatan Sumbersari, dalam membangun ekonomi kerakyatan, patut diapresiasi, mereka sepakat patungan sebagai modal awal budidaya ikan nila.

Berawal dari ide Irm Samsul Arifin (54 tahun), salah satu pengurus RW 23 bidang kewirausahaan. Dia lontarkan ide budidaya ikan nila pada beberapa warga. Ini dia lakukan setelah kondisi ekonomi pemerintah sedang tidak baik baik saja.

Dia melihat peluang di lingkungan RW 23 banyak sekali lahan milik warga yang terbengkalai belum dibangun, karena pemiliknya berada di luar kota atau terlalu banyak lahannya hingga tak terurus. Warga RW 23 banyak dihuni lansia pensiunan, non pegawai usia produktif, tetapi belum bekerja dan butuh kegiatan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Disisi lain banyak waktu terbuang dengan kegiatan non produktif, sehingga perlu diarahkan lebih produktif.

Kepada media ini Samsul mengatakan, memilih budidaya ikan karena budidaya ikan nila bisa memberikan kontribusi terhadap warga, mudah dilakukan secara bersama, menggerakkan ekonomi kerakyatan secara langsung (menyentuh masyarakat pelaku), mampu menjadi penopang kehidupan warga RW 23 khususnya dan masyarakat umumnya.dan yang terpenting program ini merupakan program strategis pemerintah kabupaten Jember, seiring upaya percepatan penurunan Stunting di Jember

“Awalnya dari obrolan setelah salat berjamaah di Masjid, terus ngobrol tentang Wira usaha yang menjadi salah satu program RW, dilanjutkan dengan mencari lahan kosong yang tepat, mencari siapa yang harus bertanggung jawab terhadap kelangsungan kolam mulai awal sampai panen” urainya.

Selanjutnya, dengan persetujuan ketua RW 23, Idham Chalid Syahroni barulah melangkah pada pengumpulan modal awal. Difase ini butuh pembahasan lebih matang, perlu komitmen dari para pelaku, kemudian muncul ide untuk patungan.

Saat disinggung berapa jumlah modal awal dibutuhkan, dia mengatakan tidak banyak, hanya sekitar 11juta – 12 juta rupiah, dengan peruntukkan mulai membuat 2 kolam masing masing berukuran 2 x 2 meter, membeli aerometer, beli bibit ikan sebanyak 1400 bibit, juga membeli pakan ikan untuk sejak di mulai sampai panen, plus ongkos kerja peternak.

Untuk pasar Samsul mengaku kalau tidak sulit karena sudah ada pembeli dari PT TMA (PT. Timur Mandiri Akuakultur) dengan harga Rp 21.000/kg, namun tidak menutup kemungkinan, jika peternak ikan nila punya pasar dengan harga lebih bagus, pihak PT memberikan kesempatan agar peternak mendapat harga yang lebih baik, tentunya akan menambah pendapatan mereka.

“Untuk hasil produk saya sudah membuat kerja sama dengan PT TMA (PT Timur Mandiri Akuakultur) dimana PT tersebut siap menampung hasil budidaya dengan harga Rp 21.000/kg, namun jika ada harga yang lebih baik, peternak dipersilahkan menjualnya agar pendapatan lebih besar ” urai Samsul. (Arya)

Bagikan Ke: