BUDAYA

Rajab Berlalu, Bagaimana Sya’banmu? Berikut Keutamaan Bulan Sebelum Ramadhan Ini

faktajember.com – Marhaban yaa Sya’ban. Datangnya bulan Sya’ban berarti sebulan lagi kita bertemu dengan Ramadhan, yaitu bulan yang dinanti umat islam yang merindukan selama sebelas bulan.

Bulan Sya’ban pada tahun 2023 ini jatuh pada hari Rabu 22 Februari, atau dimulai pada Selasa malam 21 Februari 2023.

Para ulama berpendapat bahwa dinamakan Sya’ban karena pada bulan itu terpancar bercabang-cabang kebaikan yang banyak.

Pada bulan Sya’ban ini juga terdapat banyak kejadian dan peristiwa penting yang perlu ketahui bagi kaum muslimin.

Berikut peristiwa-peristiwa penting di bulan Say’ban itu.

1. Perubahan arah kiblat

Pada bulan Sya’ban, arah kiblat berpindah dari Baitul Maqdis di Palestina ke Ka’bah di Makkah al-Mukarramah.

Allah Swt. berfirman, “Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit. Karena itu, sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidilharam. Di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya.” (QS Al-Baqarah [2]: 144)

Dijelaskan dalam banyak kitab tafsir, saat ayat tentang perubahan kiblat turun, Rasulullah saw. dan kaum muslim di belakang beliau sedang menunaikan sholat.

Saat itu juga, tanpa menunda-nunda lagi, Rasulullah saw. yang kemudian serentak diikuti kaum muslim, langsung mengubah arah sholatnya dari Baitul Maqdis ke Masjidil Haram.

Peristiwa ini sesungguhnya mengandung satu ibrah atau pelajaran yang amat penting, yakni betapa kaum muslim dulu tanpa banyak bertanya apalagi membantah, secara spontan menaati perintah Allah Swt. dan mengikuti yang Rasulullah saw. lakukan.

2. Diangkatnya amal manusia.

Pada bulan Sya’ban, amal-amal manusia diangkat ke langit.

Dalam hal ini, Usamah bin Zaid ra. berkata, “Ya Rasulullah, saya tidak pernah melihatmu berpuasa dalam suatu bulan dari bulan-bulan yang ada seperti puasamu pada bulan Sya’ban.

“Beliau bersabda, “Itulah bulan yang manusia lalai darinya, bulan antara Rajab dan Ramadan. Sya’ban adalah bulan yang di dalamnya diangkat amalan-amalan kepada Rabbul ‘alamin. Saya menyukai amal saya diangkat, sedangkan saya dalam keadaan berpuasa.” (HR. An-Nasa’i)

Keutamaan puasa pada bulan Sya’ban.

Aisyah ra. menuturkan,

وَمَا رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ قَطْ إِلاَّ رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ فِي شَهْرٍ أَكْثَرَ مِنْهُ صِيَامً فِي شَعْبَانَ

“Rasulullah saw. tidak pernah berpuasa sebulan penuh, kecuali pada bulan Ramadan. Aku tidak pernah melihat satu bulan yang paling banyak beliau berpuasa kecuali pada bulan Sya’ban.” (HR Muslim)

Menurut Ibnu Rajab, sesungguhnya Rasulullah saw. mengkhususkan Sya’ban dengan puasa adalah untuk mengagungkan Ramadhan.

Menjalankan puasa saat Sya’ban itu tidak ubahnya seperti menjalankan sholat sunah rawatib sebelum sholat wajib.

3. Turunnya ayat tentang sholawat kepada Nabi saw.

Pada bulan Sya’ban, Allah Swt. menurunkan ayat tentang anjuran membaca sholawat kepada Nabi Muhammad saw.

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersholawat untuk Nabi. Karena itu, hai orang-orang yang beriman, bersholawat lah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS Al-Ahzab [33]: 56)

4. Sya’ban ‘Bulan Al-Qur’an’

Bulan Sya’ban dinamakan juga Bulan Al-Qur’an, sebagaimana disebutkan dalam beberapa atsar.

Memang, membaca Al-Qur’an selalu dianjurkan di setiap saat dan tempat.

Namun, ada saat-saat tertentu pembacaan Al-Qur’an itu lebih dianjurkan, seperti pada Sya’ban dan Ramadhan.

Atau seperti di tempat-tempat khusus, semisal Makkah, Raudhah, dan lain-lain.

Syekh Ibnu Rajab al-Hanbali menuturkan riwayat dari Anas ra., “Saat memasuki Sya’ban, kaum muslim biasa menekuni pembacaan ayat-ayat Al-Qur’an dan mengeluarkan zakat untuk membantu orang-orang yang lemah dan miskin agar mereka bisa menjalankan ibadah puasa Ramadhan.”

Malam Nishfu Sya’ban (النصف من شعبان))

Pada Sya’ban, terdapat malam mulia dan penuh berkah, yaitu malam Nishfu Sya’ban (النصف من شعبان).

Pada malam ini, Allah Swt. mengampuni orang-orang yang meminta ampunan.

Allah Swt mengasihi orang-orang yang minta belas kasihan.

Allah Swt mengabulkan doa orang-orang yang berdoa.

Allah Swt menghilangkan kesusahan orang-orang yang susah.

Allah Swt memerdekakan orang-orang dari api neraka.

Dan, Allah Swt mencatatkan bagian rezeki dan amal manusia.

Banyak hadist menerangkan keistimewaan malam Nishfu Sya’ban ini, sekalipun di antaranya ada yang dhaif atau lemah.

Namun demikian, Al-Hafizh Ibnu Hibban telah menyatakan kesahihan sebagian hadis-hadis tersebut, di antaranya bahwa Nabi Muhammad saw. pernah bersabda,

“Allah melihat kepada semua makhluknya pada malam Nishfu Sya’ban dan Dia mengampuni mereka semua kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan.” (HR Ath-Thabrani dan Ibnu Hibban)

Rasulullah saw. juga bersabda, “Jika tiba malam Nishfu Sya’ban, sholatlah pada malam harinya dan berpuasalah pada siang harinya karena sesungguhnya Allah Swt. menurunkan rahmatnya pada malam itu ke langit dunia, yaitu mulai dari terbenamnya matahari.

Lalu Dia berfirman, ‘Adakah orang yang meminta ampun, maka akan Aku ampuni? Adakah orang meminta rezeki, maka akan Aku beri rezeki? Adakah orang yang tertimpa musibah, maka akan Aku selamatkan? Adakah begini atau begitu? Sampai terbitlah fajar.’” (HR Ibnu Majah)

Malam Nishfu Sya’ban atau bahkan seluruh Sya’ban adalah saat yang tepat bagi seorang muslim untuk sesegera mungkin melakukan kebaikan.

Malam itu adalah saat yang utama dan penuh berkah. Oleh karena itu, selayaknya seorang muslim memperbanyak ragam amal kebaikan.

Apalagi bulan ini adalah “pintu masuk” menuju Bulan Suci Ramadan.

Sudah selayaknya setiap muslim mempersiapkan diri pada bulan Sya’ban ini dengan memperbanyak amal ibadah dan ketaatan.

Memperbanyak kebaikan itu dalam rangka menyambut datangnya Bulan Suci Ramadan untuk meraih keutamaannya yang jauh lebih besar.

Sebab, di dalam bulan Ramadhan ada Lailatulqadar, malam yang lebih baik daripada seribu bulan (lihat QS Al-Qadr [97]: 2).

Semoga kita bisa optimalkan amal shalih di bulan Sya’ban ini agar tak berlalu begitu saja.

Wallahu’alam bisshowab.

 

Penulis : Laily Ch. S.E., Pemerhati Sosial

 

Bagikan Ke: