SOSIAL

Melawan Hoax, Merawat Rasa Kebangsaan

 

faktajember.com | Sosial|21 Februari 2019 | 16:18 WIB

Patrang – Bupati Jember Faida menyatakan saat ini rasa kebangsaan kita sedang terganggu. Gangguan itu, salah salah satunya, berasal dari hoax.

“Begitu banyak orang yang menganggap hoax itu adalah hal biasa. Namun, hal itu justru memecah belah bangsa dan merusak etika berbudaya dan berbangsa,” ujar bupati, Kamis, 21 Februari 2019.

Bagi bupati, hoax adalah kata-kata yang tidak bertanggungjawab, yang tidak bisa dibiarkan, tidak boleh dianggap remeh, harus dilawan dan diluruskan.

“Orang harus cerdas membedakan yang mana yang hoax, yang mana yang fakta,” tegasnya di Stasiun Jember.

Bupati di Stasiun Jember bersaa Ketua Suluh Kebangsaan Prof. Dr. Mohammad Mahfud MD., S.H., S.U., yang melakukan Jelajah Kebangsaan menggunakan kereta api.

Jelajah kebangsaan, menurut bupati, sangat bermanfaat untuk menjaga rasa kebangsaan dan persatuan negera kita.

Jelajah Kebangsaan sebenarnya tidak ada jadwal ke Jember. Namun, mampirnya tim ini, menurut bupati sangat berarti bagi semua.

Mohammad Mahfud MD menyampaikan, poin penting perjalanan Jelajah Kebangsaan akibat rasa risau karena pemilu yang biasanya disebut sebagai pesta justru bagi sebagian orang dirasakan sebagai teror, bukan pesta.

“Karena terdapat orang yang saling membenci dan saling melemparkan issue sehingga menimbulkan keresahan bagi kelangsungan ikatan kebersatuan kita sebagai orang Indonesia,” terangnya.

Prof. Mahfud mengatakan, dilakukannya penjelajahan kebangsaan ini untuk memberitahu kepada masyarakat supaya Pemilu ini dimanfaatkan untuk mencari pemimpin dan wakil rakyat yang nantinya akan diterima siapapun yang akan terpilih.

“Hentikan permusuhan-permusuhan itu sampai dengan 17 April sore. Kalau sudah pencoblosan, tunggu saja. Siapapun yang menang kita taati,” tuturnya.

Jika terdapat kecurangan ada pengadilannya,  ada MK. Sehingga kita hidup berpemilu ini, berdemokrasi, dengan tertib. Jangan melempar hoax.

Baca Juga :  Siswa SMK PGRI Kencong Galang Dana untuk Korban Gempa dan Tsunami Palu

“Mari jadikan pemilu sebagai pesta demokrasi. Pesta itu tidak ada yang menakutkan. Pesta itu selalu menyenangkan,” ujarnya.

Pesta demokrasi itu memilih calon-calon wakil kita sendiri, partai sendiri, dan pasangan menurut selera.

“Mari kita bersatu. Memilih pemimpin dan wakil rakyat hanya lima tahun, sedangkan ikatan persaudaraan kita untuk selamanya. Selama Indonesia masih ada,  kita masih bersaudara sebagai sesama anak bangsa,” katanya. (achmad)

Bagikan Ke:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.