
Jember – Gerak jalan tradisional Tanggul – Jember, merupakan agenda tahunan sejak era bupati Abdulhadi.
Tiap tahunnya, gerak jalan dengan jarak tempuh sejauh 30 km, diminati banyak warga. Baik sebagai peserta, maupun cukup menonton bersama keluarga.
Tidak itu saja, gerak jalan yang menjadi ikon kabupaten Jember itu, menarik penjual makanan, minuman, jajanan, hingga mainan anak anak tersebut, di percaya mampu meningkatkan pendapatan warga.
Dari tahun ke tahun, pemerintah kabupaten berkeinginan menyempurnakan pelaksanaannya, terbukti, sejak beberapa tahun terakhir, karena dianggap mampu menghasilkan cuan, akhirnya banyak pihak berkeinginan sebagai penyelenggara, hal ini berdampak pada kualitas pelaksanaan secara menyeluruh.
Sabtu, tanggal 23 Agustus 2025 lalu, Tajemtra kembali di gelar. Data dari tim panitia, jumlah peserta tercatat sebanyak 15.171 peserta, namun fakta di lapangan , pasca pemberangkatan yang di lepas Gus Bupati, situasi posko start mulai tampak sepi di pukul 15.15. Hal ini tidak seperti tahun tahun sebelumnya.
Kegiatan olahraga masyarakat ini semakin kurang diminati. Terlihat beberapa lapak UMKM yang berharap metaup cuan, harus gigit jari.

“Sekarang sepi pak, peserta tidak banyak yang jalan, penonton juga sepi, dagangan masih banyak” ujar Pak Noto.
Pantauan media di lapangan menemukan, di pos start Alun-Alun Tanggul, pada pukul 15.25 terlihat sepi dan lengang, beberapa petugas terlihat santai.
Baca Juga : SMAN Balung Tegaskan Layanan Pendidikan Tanpa Pungutan dan Penahanan Ijazah
Eko (69), warga Tanggul Wetan mengaku, tajem tahun ini lebih menurun kualitas nya dari tahun tahun sebelumnya. Terlihat jumlah peserta yang jalan jauh lebih sedikit, di kanan kiri jalan biasanya banyak pedagang UMKM, dan pos pengeras suara dengan suara lagu lagu perjuangan, tahun ini jauh lebih sedikit, dan pukul 16.13 suasana sudah sepi.
“Kayaknya tahun ini beda pak, peserta sangat sedikit, ini juga sudah sepi”, tegasnya. (Wid)

